Jakarta - Pantai Bali menjadi langganan menjadi tempat sampah setahun sekali. Kok bisa, ya?
Pantai Bali kembali dipenuhi sampah hingga diberitakan oleh media internasional. Peristiwa ini bukan hanya terjadi pada tahun 2021, namun telah terjadi beberapa kali. Tercatat detikTravel pernah memberitakan peristiwa pantai Bali penuh sampah pada Januari 2017. Kemudian, Laut Nusa Penida yang sempat dilewati oleh sampah laut yang divideokan dan diviralkan oleh turis penyelam Rich Horner pada Maret 2018.
Pantai Kuta Bali terpapar oleh sampah plastik yang banyak pada Desember 2019 hingga awal tahun 2020. Ada dugaan ilmiah untuk menjelaskan mengapa peristiwa tersebut kembali berulang.
"Berdasarkan temuan peristiwa sampah di pesisir Bali dari 2017-2021 terjadi antara Desember hingga Februari. Sedangkan probabilitas ditemukannya sampah di laut, seperti di perairan Nusa Penida bisa ditemukan hingga Maret," ujar Widodo Pranowo, peneliti Madya Bidang Oseanografi Terapan, Laboratorium Data Laut dan Pesisir, Pusat Riset Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, kepada detikTravel.
Widodo menjelaskan bahwa Pulau Bali dengan segala aktivitas penduduk dan kegiatan turisnya tentunya memproduksi sampah. Tapi, pesisir Pulau Bali juga rentan terhadap kiriman sampah laut secara telekoneksi dari wilayah laut lain. "Salah satu wilayah laut yang diduga bisa mengirimkan sampah laut ke Bali adalah dari Laut Jawa," dia menjelaskan.
Dugaan tersebut didasarkan dari riset yang dilakukan oleh Pusat Riset Kelautan KKP bermitra dengan universitas dan kementerian/Lembaga terkait, sejak 2015 hingga 2020.
Kelompok Riset KOMITMEN Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran yang dipimpin oleh Noir Primadona Purba telah mensimulasikan lintasan dari sampah plastik mikro di perairan Indramayu, Cirebon dan Pulau Biawak, dan juga sampah plastik makro di Teluk Jakarta.

"Secara teori sampah plastik mikro adalah transformasi dari sampah plastik makro akibat gaya hidrodinamika dalam jangka waktu yang cukup lama," dia mengungkapkan.
Kondisi hidrodinamika arus di Laut Jawa pada periode Desember hingga Februari umumnya dipengaruhi oleh sistem angin monsun barat. Angin ini berhembus dari arah barat menuju ke timur. Sistem angin monsun barat tersebut mengakibatkan arus di Laut Jawa bergerak menuju ke Timur. Sebagian arus kemudian ada yang berbelok menuju ke Selat Bali dan Selat Lombok. "Hasil eksperimen secara pemodelan matematis lintasan sampah dengan uji coba sumber awal sampah laut berasal dari Muara Gembong Pantai Utara Jawa Barat menunjukkan lintasan sampah yang mencengangkan," kata dia.
Hasil simulasi yang dilakukan berdasarkan kondisi arus memperlihatkan bahwa sampah laut yang diujicobakan secara matematis keluar dari Muara Gembong Pantura Jawa Barat terbawa pada Januari. Kemudian sampah terbawa arus menuju ke timur sepanjang Januari.
"Sampah laut kemudian berbelok memasuki Selat Bali dan Selat Lombok menjelang akhir Januari. Pada bulan Februari sampah laut tersebut bisa mencapai wilayah laut selatan Bali," katanya.
Tak sampai di situ, sampah laut tersebut ada yang bersirkulasi di dalam Laut Bali. Bahkan sampah laut yang berbelok ke Selat Lombok pun berpeluang terbawa menuju ke Selat Bali karena didorong oleh arus susur pantai selatan Bali.
"Hasil eksperimen tersebut secara umum ternyata sejalan dengan hasil riset yang dilakukan oleh Anwar Rizal dan Niken F Gusmawati dari Pusat Riset Kelautan," dia menjelaskan.

Pada 7 Februari 2020 lalu, Anwar Rizal dan rekan-rekan melepaskan Marine Debris Drifter, suatu alat didesain seperti boks keranjang sampah super mini seberat kurang dari 1 kilogram berisi GPS dan baterai di Sungai Cisadane di dekat Teluk Jakarta.
Marine Debrie Drifter tersebut kemudian dipantau lintasannya melalui satelit. Marine Debris Drifter terbawa arus ke arah timur kemudian berbelok ke Selat Lombok. Perjalanan yang dimulai bulan Maret hingga April terlihat di Selat Lombok menjauh ke arah selatan.
"Pada Juni hingga Juli Marine Debris Drifter diangkut oleh arus menuju ke barat hingga hampir mencapai Pulau Christmas dan Pulau Cocos yang berada di Samudera Hindia Selatan Jawa," Debrie menjelaskan.
Sampah laut juga bisa terbawa dari daratan akibat sapuan atau limpasan banjir. Banjir mengangkut barang-barang di pemukiman menuju ke sungai dan atau langsung ke laut.
"Karakteristik kemunculan sampah laut di Pantai Bali setiap tahunnya telah kita ketahui bersama, tinggal dipikirkan bagaimanakah upaya bersama dalam mencegah dan menanggulanginya," ujar dia
Sumber Berita : DetikTravel